A. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson dalam
Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita
simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning) menemukan (inquiri),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment)
B. Landasan Filosofi
Landasan filosofi
Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan
pada pengembangan siswa.
§ Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
§ Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
§ Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun
(1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi
dan dikembangkan
§ Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
§ Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan
tersebut
Beberapa komponen
utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di
uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna ( making meaningful connections )
Keterkaitan yang
mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontektual.ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik,
ilmu pengetahuan alam, atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri mereka
menemukan makna dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupanseseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti
Model pembelajaran ini
menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang di lakukan di dalam kelas harus
punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri.
Pembelajaran yang di
atur sendiri ,merupakan pembelajaran yang aktif ,mandiri,melibatkan kegiatan
menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang
yang berarti bagi siswa, pembelajaran yang di atur siswa sendiri,memberi
kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerja sama
Siswa dapat bekerja
sama guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok membantu siswa
bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana
mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berfikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran
kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi
berfikir kritis dan berfikir kreatif . berfikir kritis adalah suatu kecakapan
nalar secara teratur kecakapan sistematis dalam menilai memecahkan
masalah menarik keputusan , memberi keyakinan menganalisis asumsi dan pencarian
ilmiah , berfikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa
Dalam pembelajaran
kontekstual bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan tetapi juga aspek-aspek kepribadian : integritas pribadi,sikap
minat,tanggung jawab disiplin,motif berprestasi dsb,guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor, tugas dan kegiatan yang
akan di lakukan siswa harus sesuai dengan minat , kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi
Pembelajaran
kontektual di arahkan agar siswa berkembang secara optimal,mencapai keunggulan,
asalkan saja di bantu oleh guru nya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang otentik
Penilain autentik
menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru
dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu, penilainnya autentik merupakan
antitesis dari ujian standar penilaian, autentik memberi kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil
mempertunjukkan apa yang mereka ketahui
C. Tujuan
a. Model pembelajaran CTL
ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang
secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
b. Model pembelajaran ini
bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu
dengan adanya pemahaman.
c. Model pembelajaran ini
menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
d. Model pembelajaran CTL
ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam
memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
e. Model pembelajaran CTL
ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
f. Model pembelajaran
model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang
mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari.
g. Tujuan pembelajaran
model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan
mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu
miliknya sendiri.
D. Strategi Pembelajaran
CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara
konstektual antara lain:
1. Pembelajaran berbasis
masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk
berfikir kritis untuk memecahkan.
2. Menggunakan konteks
yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang
diperoleh siswa menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar
saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan siswa
untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai
cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5. Belajar melalui
kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan
koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian
autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara
terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju
terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7. Mengejar standar
tinggi
Setiap seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan
melukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar