A. Pengertian Pembelajaran Konstruktivisme
Konstrutivis; construtivism dalam bahasa
inggris berasal dari kata construct yang berarti membina. Konstrutivisme ialah
teori yang bertunjangkan usaha pelajar mengaitkan ide lama dengan ide baru dalam pembinaan ilmu pengetahuan (Ausubel dalam Sadia, 1996). Teori ini
pertama kali diperkenalkan dalam konteks pendidikan dan perkembangan anak-anak
oleh Piaget dan john dewey.
Konstruktivis atau
kontruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengatahuan kita adalah sebuah konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dan
menurut piaget pembentukan atau konstruksi ini tak pernah mencapai suatu titik
akhir namun terus berkembang setiap kali diadakannya reorganisasi karena adanya
suatu pemahaman baru.
Dengan demikian,
Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a way of teaching and
learning that intends to maximize student understanding”. Maksudnya,
kontruktivisme adalah suatu cara dalam pengajaran dan pembelajaran yang
tujuannya adalah untuk memaksimalkan pemahaman siswa.
Konstruktivisme pembelajaran ialah
desain pembelajaran yang menekankan kemampuan peserta didik dalam
mengkonstruksi pengatahuannya sendiri, bukan serta merta pendidik yang selalu
menjadi senter penerang di kala gelap melanda.(Aunurrahman,2009), namun
disinilah setiap peserta didik secara individual harus dan layak memiliki
kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang dimilikinya
yaitu kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman yang lalu,
membandingkan dan mengambil sebuah keputusan dan kemampuan yang lebih menyukai
satu dari yang lainnya.
Dengan demikian,
kontruktivisme seperti dikatakan oleh Von Glasefeld (dalam Paul, S., 1996)
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri. pengetahuan bukan juga gambaran dari
dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif
melalui melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep,
dan sekema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru. Padangan
kontruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia
mengkonstruksi pengalamnnya. konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada
bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamnnya, struktur
mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek dan
peristiwa-peristiwa. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran dalah
instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan
dunia nyata, di mana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar
manusia secara individual.
Dalam kontruktivis menyatakan bahwa
semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka
menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan
secara prinsipil.
Pendekatan
konstruktivis dalam pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran top-down
dari pada bottom-up. Top –down mempunyai arti bahwa siswa mulai dengan
masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau
menemukan (dengan bantuan guru seminimal mungkin) keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan. Pendekatan top down berlawanan dengan strategi bottom-up
dimana keterampilan-keterampilan dasar secara bertahap dilatihkan untuk
mewujudkan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sejalan dengan teori
ini Blanchard (2001) dalam Depdiknas (2005) memandang pembelajaran kontekstual
sebagai suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran
dengan situasi dunia nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan
sebagai anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja.
Sebuah komponen penting
dalam pendekatan konstruktivis adalah proses untuk menemukan ’ secara mandiri”.
Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka
menemukan sendiri. Menurut Syaiful Sagalah (2007), esensi dari teori
konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dihendaki informasi itu
menjadi milik mereka sendiri.
B. Ciri-ciri Pembelajaran Kontruktivisme
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah
a. Memberi peluang kepada
murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
b. Menggalakkan
soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan
merancang pengajaran.
c. Menyokong pembelajaran
secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid
d. Mengambilkira dapatan
kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide
e. Menggalakkan & menerima
daya usaha & autonomi murid
f. Menggalakkan murid
bertanya dan berdialog dengan murid & guru
g. Menganggap
pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
h. Menggalakkan proses
inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
C. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun
oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar
3. Murid aktif
megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar membantu
menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah
yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran
seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai
pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum
untuk menanggapi anggapan siswa.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar